Penerbitan surat kabar harus melalui beberapa
tahap. Tahap-tahap ini penting agar berita atau informasi yang dihasilkan dapat
memnuhi syarat penerbitan yang baik. Tahap tersebut meliputi tahap perencanaan,
pengorganisasian, peliputan, dan pengawasan. Kita akan membahas tahap-tahap tersebut
satu-persatu. Pertama, adalah tahap perencanaan. Tahap perencanaan dalam manajemen redaksional untuk surat
kabar harian adalah penentuan kebijakan isi pemberitaan untuk besok pagi, dan
membahas berita-berita yang perlu ditindaklanjuti. Berita yang baik adalah
hasil perencanaan yang baik. Prinsip ini berlaku bagi berita yang sifatnya
diduga. Fungsi perencanaan, merupakan kegiatan yang dimulai dari pembahasan ide
(gagasan) awal sampai dengan pelaksanaan proses pencarian berita. Hal
yang biasanya di bahas dalam tahap perencanaan ini antara lain menentukan
wilayah sasaran, mengidentifikasi dan menentukan indikator efetivitas dari
setiap pekerjaan yang telah, sedang, dan akan dilakukan. Menentukan hasil yang
ingin dicapai dalam jangka panjang dengan selalu berinovasi, mempersiapkan
rencana tindakan. Berikutnya adalah tahap pengorganisasian. Pengorganisasian manajemen
redaksional adalah penyusunan struktur organisasi dan pembagian tugas pekerjaan
serta penempatan orang berikut jabatannya di dalam struktur organisasi. Pada
proses redaksional terdapat staffing yang berfungsi untuk melaksanakan
aktifitas redaksional.
Ketiga adalah tahap penggerakkan. Tahap penggerakan dalam manajemen
redaksional adalah aktivitas yang menggerakkan orang-orang beserta fasilitas
penunjangnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, yaitu menghasilkan
produk jurnalistik. Aktivitas tersebut meliputi peliputan, penulisan, dan
penyunting berita. Penggerakan berarti fungsi yang dijalankan pada media massa
berupa pengarahan seorang pemimpin agar para stafnya bersedia melaksanakan
tugas, mendorong dan memotivasi bawahan, serta menciptakan iklim atau suasana
pekerjaan yang kondusif, khususnya dalam metode komunikasi dari atas ke bawah
atau sebaliknya, sehingga timbul saling pengertian yang baik
sertamenumbuhkembangkan disiplin kerja dan rasa saling memiliki. Fungsi
penggerakan menjadi penting bagi sebuah media massa karena setiap media
idealnya mempunyai ideologi maupun visi misi masing-masing. Jika fungsi penggerakan dapat diterapkan secara
terarah, maka para staf redaksi akan mengerti betul akan tujuan media yang
mereka naungi termasuk menyusun redaksi berita yang mereka liput. Selanjutnya
adalah tahap peliputan. Proses
peliputan dalam manajemen redaksional adalah mencari berita (news hunting), atau meliput bahan
berita. Aktivitas meliput berita dilakukan setelah melewati poses perencanaan
dalam rapat proyek si redaksi. Dalam meliput berita terdapat tiga teknik, yaitu
reportase, wawancara, dan riset kepustakaan (studi literatur). Pengolahan data
seperti berita isu membutuhkan ketepatan dengan narasumber yang terkait, jika
tidak akurat bias menjadi kendala dalam prosespeliputan. Ini menjadi hambatan
yang sering terjadi di lapangan. Proses peliputan seperti isu membutuhkan suatu
teknik pendekatan terhadap narasumber yang terkait untuk bias mendapatkan data. Kemampuan seorang wartawan dituntut
bisa melakukan hal pandai melakukan pendekatan agar narasumber bisa memberikan
keterangan untuk isu yang sedang di angkat. Dalam peliputan peristiwa yang
tidak terduga bisa melakukan pendekatan pihak terkait dengan peristiwa seperti
saksi jika meliput suatu kejadian misalnya kebakaran.
Peliputan
suatu peristiwa yang tidak terduga menjadi proses yang harus segera dilakukan
dindakan mencari data terkait. Misalnya suatu peristiwa kebakaran yang terjadi,
seorang wartawan harus sigap dalam melakukan tindakan jika ada info terjadi
kejadian kebakaran. Info yang di dapat harus segera di cek seperti mendatangi
tempat kejadian. Jika benar terjadi hal yang pertama adalah mengambil gambar
tempat kejadian selanjutnya setelah seorang reporter/wartawan mendapatkan data
dalam suatu peliputan, data tersebut diolah dalam kegiatan penulisan suatu
berita. Penulisan berita biasanya menggunakan teknik melaporkan (to
report), yang merujuk pada pola piramida terbalik (inverted pyramid), dan
mengacu pada rumusan. 5W+1H. Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5W+1H,
agar berita menjadi lengkap, akurat, dan sekaligus memenuhi standar teknis
jurnalistik. Setiap peristiwa yang dilaporkan, harus terdapat enam unsur dasar,
yaitu what (peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak), who (siapa
yang menjadi pelaku dalam peristiwa berita itu), when (kapan peristiwa itu
terjadi), where(dimana peristiwa itu terjadi), why (mengapa peristiwa itu
sampai terjadi), dan how (bagaimana jalannya peristiwa atau bagaimana cara
menanggulangi peristiwa itu). Dalam konteks Indonesia, para praktisi
jurnalistik kerap menambahkan satu unsur lagi yaitu aman (safety, S), sehingga
rumus anny a menj adi 5W+1 H ( 1 S ). Maksudnya, berita apapun yang akan
dipublikasikan, diyakini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi media massa
bersangkutan dan masyarakat serta pemerintah.
Teknik
melaporkan (to report), reporter atau tidak boleh memasukkan pendapat
pribadi dalam berita yang ditulis. Berita adalah laporan tentang fakta secara
apa adanya (das sain), bukan laporan tentang bagaimana seharusnya (das sollen).
Reporter atau wartawan Radar Cirebon melaporkan liputan dengan menulisnya di
ruang redaksi dengan data yang di dapat menggunakan bahasa yang lugas seperti
dalam teknik piramida terbalik berarti pesan disusun secara deduktif. Kesimpulan
dinyatakan terlebih dahulu pada paragraf pertama, kemudian disusul dengan
penjelasan dan uraian yang lebih rinci pada paragraf-paragraf berikutnya. Penyuntingan naskah atau editing
adalah sebuah proses memperbaiki atau menyempurnakan tulisan secara redaksional
dan substansial. Pelakunya disebut editor atau redaktur. Secara redaksional,
editor memperbaiki kata dan kalimat supaya lebih logis, mudah dipahami, dan
tidak rancu. Selain kata dan kalimat harus benar ejaan atau cara penulisannya,
juga harus benar-benar mempunyai arti dan enak dibaca. Sedangkan secara
substansial, editor harus memperhatikan fakta dan data agartetap terjaga
keakuratan dan kebenarannya. Tahap penggerakan berikutnya erat kaitannya dengan
pengarahan, Pengarahan disini erat kaitannya dengan tanggung jawab seorang
kepala perusahaan terhadap para bawahannya. Fungsi menggerakkan tertuju pada
karyawan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka.
Tahap yang
terakhir dan tak kalah penting adalah tahap pengawasan. Tahap pengawasan dalam manajemen
redaksional adalah kegiatan untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja bidang
redaksional telah sesuai dengan rencana semula atau tidak. Tahap pengawasan
dalam bidang redaksional merupakan kegiatan penting karena adanya evaluasi dan
penyuntingan hasil aktivitas sebuah berita yang akan diterbitkan. Pengawasan ialah suatu usaha
sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan
perencanaan, merancang system informasi umpan balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara paling
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Pengawasan harus
dilakukan berdasarkan hasil kerja atau kinerja yang dapat diukur agar
fungsi pengawasan dapat berjalan secara efektif. Demikianlah tahap-tahap yang harus dilakukan dalam penerbitan surat kabar
Suatu proses pencetakan koran.
Bagaimana Sesuatu Bekerja eps Koran Kompas
No comments:
Post a Comment